View

Menampilkan 10–18 dari 20 hasil

[K-A09] Iconic – YA2017

Rp 100.000

Cara ungkap Yuswantoro lewat karya seninya relatif berbeda dibanding para seniman atau kelompok seniman lain. Setidaknya, sebagai amsal, dibanding dengan generasi seniornya yang 10 – 15 tahun di atasnya, terutama yang sempat terlibat atau “terimbas” Gerakan Seni Rupa Baru (GSRB). Saya menduga Yuswantoro tidak cukup tertarik untuk menyerap kecenderungan kreatif kelompok GSRB (atau kelompok radikal lain dalam seni rupa) secara mentah atau apa adanya.

-Kuss Indarto

 

Saya tentu tidak ingin bilang belajar hal teknik tidak penting. yang saya mau katakan adalh Yuswantoro Adi natural. Tangannya luwes atau lemes alias terampil. Ia juga sangat cekatan bertukang. Kecakapannya ia warisi dari ayah kami yang bisa membuat berbagai mainan, menjahit, dan segala macam.

  • Yusi Avianto Pareanom

 

– 52 halaman
– Harga : Rp. 100.000,-

Penulis:
Yusi Avianto Pareanom

 

Quick View

[K-A10] Homo Mojokerto

Rp 45.000

Pameran Seni RUpa ‘Trowulan Art : Homo Mojokertensis’ ini digelar oleh Sangkring Art Project (SAP) sebagai satu bagian dari upaya kami memberikan ruang yang memungkinkan paraperupa dan publik seni melakukan kerja kesenian yang lebih eksploratif berikut produksi pengetahuan dan wacana baru. Spirit pameran ini sekaligus menjadi satu kerja dari vivi kami membangun jembatan antara semangatr lokal untuk membangun jaringan di kancah global.

Penulis: Abdul Malik, Kris Budiman, Putu Sutawijaya

Seniman yang berpameran : Hadi Sucipto, Iskandar, Joni ramlan, Ribut Sumiyono,

 

– 28 halaman
– Harga : Rp. 35.000,-

Penulis:
Abdul Malik
Kris Budiman
Putu Sutawijaya

 

Quick View

[L-A01] Majapahit Milenia

Rp 100.000

Ketika majapahit jatuh pada abad ke-35 Masehi, dua abdi, Banca dan Naya, sebelum moksha mengeluarkan sumpah bahwa keduanya akan menitis pada individu terpilih, dari masa ke masa. lalu pada abad ke -21, mereka menitis ke dalam diri seorang pendongeng yang hidupnya luntang-lantung tanpa tujuan, hobinya berziarah dari candi ke candi. Diterangi dua roh tadi, pendongeng ini menguak misteri jatuhnya majapahit berikut imajinasi berbangsa dari kerajaan besar itu yang juga terus hidup dari masa ke masa

Quick View

[L-A02] Carita Pawitra, Jelajah Candi-candi di Gunung Penanggungan

Rp 150.000

Gunung Penanggungan dianugerahi keajaiban alamiah dan kultural. Selama berabad-abad ia telah diberi makna sebagai sebuah ruang sakral. Formasi konsentris Penanggungan secara alamiah tersusun bak sebuah mandala: ia serupa daigram yang mempresentasikan kesatuan tatanan kosmis dan psikis. TIdak mengherankan apabila di sana banyak dijumpai bangunan-bangunan sakral, baik berupa candi, altar, gua pertapaan, maupun pertirtaan. Dengan konndisi alam yang unik dan kepadatan temuan budayanya, Penanggungan jelas merupakan titik konsentrasi kehidupan spiritual, sebuah pusat orientasi religius pada zamannya. Buku ini ditujukan terutama kepada khalayak umum yang lebih teratarik pada dunia pelancongan dan petualangan. Signifikasi arkeologis situs Penanggungan memang tidak terlalu ditonjolkan, alih-alih justru jurnal dan kisah perjalanan itu sendiri yang dihiasi dengan serangkaian foto yang memukau.

Buku ini disusun oleh :

Ani Himawati, Apriadi Ujiarso, Dyah Merta, Ida Fitri, Ismail Lutfi, Kris Budiman, Lydia Kieven, Ninuk Retno Raras, Putu Sutawijaya, Transpiosa Riomandha, Yeni Mada

 

– 154 halaman
– Harga : Rp. 150.000,-

Penulis:
Ani Himawati
Apriadi Ujiarso
Transpiosa Riomandha
Dyah Merta
Ida Fitri
Ismail Lutfi
Kris Budiman
Lydia Kieven
Ninuk Retno Raras
Vembri Waluyas
Yeni Mada

Quick View

[L-A03] How Brutu Are You?

Rp 60.000

BOL BRUTU –

akronim dari geromBOLan pemBuRu baTU – merupakan kumpulan beberapa orang yang menyukai blusukan atau jalan-jalan ke situs-situs, candi-candi, makam-makam, dan bangunan-bangunan tua. Satu-satunya kesukaan bersama kita yang gak berhubungan langsung dengan batu adalah kita juga suka kuliner bersama.

 

– 104 halaman
– Harga : Rp. 50.000,-

Penulis:
Bramantyo Prijosusilo
Cuk Riomandha
Devinna Anggraini
Hairus Salim HS
Jean Pascal Elbas
Kris Budiman
Landung Simatupang
Mahatmanto
Ninuk Retno Raras
Sinta Ridwan
Titiek Tri Indri

Quick View

[L-A05] Maecenas Potehi dari Gudo – Toni Harsono

Rp 150.000

Kehidupan pahit sebagai anak Sehu dan sebagai Sehu, membuat Tok Hong Kie melarang putra-putrinya untuk berkecimpung di dunia Potehi. Sbelum meninggal ia berpesan agar anaknya yakni Tok Hok Lay (Toni Harsono) tidak menjadi Sehu seperti ayah dan kakeknya.

Pesan itu diingat oleh Toni, ia memang tidak menjadi Sehu pertunjukan Potehi, ia menjadi seorang pengusaha dan hidup berlimpah dari toko emas BERKAH miliknya. Namun pesona boneka Potehi, yang memukaunya sejak kanak-kanak tidak bisa lekang dari hatinya. Ia tetap ingin berkecimpung di dalam pergulatan Potehi yang pernah mengalami masa suram di jaman Orde Baru. Potehi yang dikungking, POtehi yang terpasung, membuatnya bergerak untuk upaya menghidupkan, melestarikan dan mengembangkan seni pertunjukan itu.

Toni mengabdikan dirinyan untuk kembali membuat  jaya pertunjukan Potehi, ia menjadi penyokong utama secara finansial atas berlangsungann dinamika pertunjukan Potehi. Jabatannya sebagai ketua kelentheng Hong SanKiong memudahkannya untuk menyediakan fasilitas tempat dan kesempatan berpentas. Toni Harsono sesungguhnya merupakan Maecenas bagi dagub kehidupan seni pertunjukan Potehi.

 

 

– 96 halaman
– Harga : Rp. 120.000,-

Penulis:
Toni Harsono

 

Quick View