View

Showing 127–135 of 227 results

[L-A05] Maecenas Potehi dari Gudo – Toni Harsono

Rp 150.000

Kehidupan pahit sebagai anak Sehu dan sebagai Sehu, membuat Tok Hong Kie melarang putra-putrinya untuk berkecimpung di dunia Potehi. Sbelum meninggal ia berpesan agar anaknya yakni Tok Hok Lay (Toni Harsono) tidak menjadi Sehu seperti ayah dan kakeknya.

Pesan itu diingat oleh Toni, ia memang tidak menjadi Sehu pertunjukan Potehi, ia menjadi seorang pengusaha dan hidup berlimpah dari toko emas BERKAH miliknya. Namun pesona boneka Potehi, yang memukaunya sejak kanak-kanak tidak bisa lekang dari hatinya. Ia tetap ingin berkecimpung di dalam pergulatan Potehi yang pernah mengalami masa suram di jaman Orde Baru. Potehi yang dikungking, POtehi yang terpasung, membuatnya bergerak untuk upaya menghidupkan, melestarikan dan mengembangkan seni pertunjukan itu.

Toni mengabdikan dirinyan untuk kembali membuat  jaya pertunjukan Potehi, ia menjadi penyokong utama secara finansial atas berlangsungann dinamika pertunjukan Potehi. Jabatannya sebagai ketua kelentheng Hong SanKiong memudahkannya untuk menyediakan fasilitas tempat dan kesempatan berpentas. Toni Harsono sesungguhnya merupakan Maecenas bagi dagub kehidupan seni pertunjukan Potehi.

 

 

– 96 halaman
– Harga : Rp. 120.000,-

Penulis:
Toni Harsono

 

Quick View

[L-A07] Dolanan

Rp 40.000

Sejarah hidup Abu Bakar yang panjang 9lahir 1925) niscaya merupakan riwayat tentang kesederhanaan dan kebersahajaan. Ya, Oom Abu, demikian ia biasa dipanggil, merupakan sosok sederhana di tengah pergaulan hidupnya yang sejatinya sangat kompleks.

Ia menekuni dunia kesenian, khususnya seni rupa, dengan hasrat yang melupa dan sangat bekerja keras.Sambil berkesenian, ia bekerja profesional di sejumlah tempat di Jakarta. Tercatat, ia pernah bekerja di kedutaan negara sahabat dan bergabung dengan sebuah majalah rohani sebagai perancang cover. Analog dengan dunia kerjanya yang beragam, dalam mencipta karya rupa pun ia mencoba segala hal.

Saya tidak pernah membatasi diri pada aliran seni rupa tertentu”, katanya suatu waktu. Hampir semua media, teknik, gaya, ia coba; mulai cetak saring, grafis, sablon, batik, sampai melukis model secara konvensional. Hasilnya memang memuaskan, setidaknya jika dilihat rekam jejaknya berpameran di dalam dan di luar negeri. Tapi, ternyata bagi Oom Abu pameran dan segala yang menyangkut harga lukisan, bukanlah ukuran kepuasan, Maka iapun menarik langkah pelan-pelan dari kemungkinan “hiruk-pikuk” dunia seni rupa — dan dunia perkotaan juga — dengancara pindah ke desa. di pedalaman Jawa Tengah. Tentu sambil terus gelisah, beraktifitas dan berkarya.

Pada Akhirnya, kita melihat bahwa pergulatan hidup seorang Abu Bakar yang kaya dan panjang, terefleksikan dalam buku Dolanan yang sederhana tapi kaya parodi dan ironi ini, tidak ruwet, gampang dicerna, cocok dengan spirit “Dolanan” yang diangkatnya. Boleh dikatakan ini salah satu dokumentasi hidup yang lahir dari saripati renungan “Seorang Pinggiran”.

 

Frame Publishing

 

– 105 halaman
– Harga : Rp. 30.000,-

Penulis:
Abu Bakar

Quick View